Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, kaya potensi objek
wisata spiritual dan petilasan bernilai historis dan heroik. Itu berasal dari
zaman kerajaan dan revolusi pra kemerdekaan Republik Indonesia.
Banyak wisata spiritual yang ada di selogiri. Di sini ada
beberapa petilasan pertapaan tokoh sejarah yang diyakini memiliki daya gaib.
Juga ada makam leluhur dinasti Mangkunegaran yang diziarahi kerabat, keturunan,
dan masyarakat spiritual berbagai daerah. Ada pula Monumen Batu Gilang Nglaroh
dan Tugu Monumen Penyimpanan Pusaka.
Obyek wisata spiritual tersebut berada di Sendang Siwani,
tempat pertapaan Raden Mas (RM) Said atau Pangeran Sambernyawa ketika menerima
wangsit yang membangkitkan keberanian bertempur melawan Belanda. Tempat itu berupa sendang (sumber air) yang
sampai kini dikunjungi banyak orang dari berbagai daerah, terutama setiap malam
Selasa dan Jumat.
Juga ada Sendang Sinangka dan Tretes, yang merupakan
petilasan pertapaan Pangeran Sambernyawa. Sampai sekarang pun masih didatangi
banyak tokoh spiritual untuk menjalani laku prihatin guna menggapai wahyu,
derajat, dan kemuliaan.
Masih ada pula makam para leluhur yang sering diziarahi dan
untuk laku spiritual. Yakni, makam istri dan ibu Pangeran Sambernyawa di Gunung
Wijil dan Keblokan, Sendangijo. Makam Patih Kudanawarsa dan makam mertua
Pangeran Sambernyawa, Kiai Kasan Nuriman, di Desa Pule.
Ada pula obyek wisata spiritual yang berkaitan dengan
sejarah. Itu antara lain di monumen batu gilang di Nglaroh. Tempat itu diyakini
sebagai lokasi kali pertama Pangeran Sambernyawa mendirikan embrio pemerintahan
dan mengatur siasat perang gerilya yang populer disebut Perang Sambernyawan.
Menurut sejarah, ketika RM Said berusia 17 tahun kecewa
karena dicurangi penguasa Keraton Kartasura dan Patih Danureja. Dia pergi
meninggalkan keraton. Bersama pengiring setianya dia pergi ke Nglaroh. Dari
bumi perdikan Nglaroh dia merancang perang melawan ketidakadilan keraton dan
penjajah Belanda.
Juga ada Monumen Tugu Penyimpanan Pusaka andalan Pangeran
Sambernyawa di depan Kantor Kecamatan Selogiri.
Selain itu yang berhubungan dengan kemerdekaan antara lain di
tikungan Krisak Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri. Di tikungan ngirung petruk
itu terjadi kisah heroik keberanian para pejuang 45 dalam perang kemerdekaan
Indonesia melawan penjajah Belanda.
Kisah itu populer disebut pengadangan Krisak. Karena para
pejuang waktu itu memasang 'track bom' (sejenis ranjau darat) yang diledakkan
pada saat ada iring-iringan kendaraan pasukan Belanda.
Dalam kisah patriotik itu gugur dua pejuang. Kampung Krisak
pun dibumihanguskan Belanda. Untuk mengenang kisah heroik itu, di tikungan yang
menjadi ruas jalan raya Wonogiri - Solo sekitar km 5 dibangun monumen
perjuangan 45.
0 komentar:
Posting Komentar