Sebuah Mitos dari
Gunung Pegat
Gunung Pegat yang terletak di desa Ngadirayo, kecamatan
Ngadirojo kabupaten Wonogiri ini, memang aneh dan terkenal sejak tahun 1980.
Sejak pembangunan proyek bendungan raksasa Gajah Mungkur itu selesai. Menurut
penduduk setempat proyek ini telah banyak memakan korban jiwa. Bahkan para
pekerja itu yang menjadi tumbal waduk itu.
Walaupun banyak hambatan yang dialami, akhirnya proyek
pembangunan waduk raksasa itu selesai juga. Namun, pembangunan itu berdampak
buruk karena banyak areal persawahan yang terletak di sekitar waduk raksasa itu
tergenang oleh air jika musim hujan tiba.
Akhirnya banyak penduduk setempat yang mengungsi ke desa
tetangga untuk tinggal karena tempat tinggalnya mulai menjadi tempat genangan
air bendungan. Makin lama airnya makin meninggi sehingga banyak jalan yang
dialihkan ke daerah yang lebih tinggi. Salah satunya adalah jalan yang
menghubungkan kota Wonogiri dengan Pacitan melewati kota Ngadirojo. Jalan ini
dialihkan karena jalan yang lama menjadi tempat genangan waduk raksasa
tersebut.
Pengalihan jalan yang paling sulit adalah jalan yang
melewati menuju ke desa Ngadiroyo. Karena jalan ini harus menembus sebuah
pegunungan kecil yang oleh penduduk setempat dinamakan pegunungan Ngadiroyo.
Walaupun pegunungan ini dikramatkan, namun para kontraktor tersebut tidak ambil
peduli dengan cerita-cerita miring tentang gunung tersebut. Maka mulailah
pembuatan jalan tersebut.
Ketika proyek ini baru berjalan, banyak peristiwa aneh yang
terjadi. Seperti misalnya, tiba-tiba semua mesin traktor mati dan para pekerja
kesurupan. Agar proyek ini tetap berjalan, akhirnya diundanglah para ‘orang
pintar’ yang bisa memindahkan atau mengusir mahluk halus yang sering mengganggu
itu.
Akhirnya, pembangunan jalan tembus ini rampung juga. Karena
jalan tembus itu dibuat dengan cara memisahkan dua gunung yang saling
berhubungan maka penduduk setempat memberikan julukan Gunung Pegat yang artinya
gunung cerai atau pisah.
Setelah pembangunan jalan itu selesai, banyak penduduk
setempat yang melalui jalan itu. Bahkan jalan ini sempat dijadikan tempat untuk
memadu kasih oleh pasangan muda. Anehnya, pada saat pasangan ini meninggalkan
tempat itu, biasanya dalam perjalanan mereka terlihat pertengkaran mulut yang
berakhir dengan perpisahan.
Hal ini juga terjadi pada pasangan pengantin baru yang
melintasi daerah ini. Biasanya, pengantin baru ini akan terlibat bertengakar
yang hebat dan berbuntut pada pemutusan tali pernikahan. Konon, semua ini
terjadi karena sifat usil penunggu Gunung Pegat yang bernama Mbah Glondor.
Menurut penuturun Pak Mujayadi ‘orang pintar’ yang tinggal di desa Ngadiroyo.
Penunggu gunung yang bernama Mbah Glondor ia paling tidak
suka jika melihat ada pasangan yang baru saja menikah atau sedang terlihat
asmara melintasi daerah kekuasaannya.
Hal ini dikarenakan ketika di alam dunia ia pernah merasakan
patah hati karena cintanya ditolak oleh sang pujaan hati. Akibat rasa sakit
hati yang begitu hebat, ia berjanji untuk menduda seumur hidup. Rupanya sakit
hati terhadap wanita yang dicintainya dibawa sampai ke alam kubur. Karena rasa
benci itu, arwah Mbah Glondor menjadi penghuni gunung Pegat yang selalu
menggoda pasangan muda.
Sejak saat itu, masyarakat yang tinggal di sekitar gunung
sangat takut melintasi jalan tersebut terlebih, mereka yang baru saja menikah.
Bahkan, kepercayaan ini oleh penduduk seperti dijadikan tradisi. Yaitu melarang
pasangan pengantin baru melintasi jalan di Gunung Pegat, untuk menjaga agar
tidak ada kejadian buruk yang menimpa pasangan tersebut.
Terlepas benar atau tidak mitos dan tradisi Gunung Pegat
ini, tergantung dari kita sebagai manusia. Kalau kita mempercayai hal itu
karena takut akibat yang akan timbul, tentu ini bisa berakibat fatal pada diri
kita sendiri. Iya.. nggak Keputusan untuk mempercayai memang ada pada Anda.